[Resume] Bioremediasi dengan Alga
Reviewer : Nadya Milati Akmalia & Nita Fathiya
Fitoremediasi limbah budidaya sidat menggunakan filamentous algae (Spirogyra sp.)
Salah satu metode yang
dapat digunakan untuk mengolah limbah budidaya yaitu pengolahan secara biologis
(bioremediasi). Bioremediasi yang memanfaatkan organisme autotrof dikenal
dengan fitoremediasi dan proses ini dapat dilakukan dengan penggunaan tumbuhan
air atau alga, misalnya Spirogyra sp.
Spirogyra sp. merupakan
alga berfilamen (filamentous algae) yang hidup mengapung bebas pada habitat air
tawar. Penggunaan alga berfilamen dalam mengolah bahan organik limbah budidaya
didasarkan atas capaian perkembangan biomassa yang cepat sebagai asumsi dari
pemanfatan nutrien yang optimal, serta memiliki kemudahan dalam penanganan dan
pemanenannya. Penelitian mengenai pemanfaatan Spirogyra sp. sebagai agen
bioremediasi sudah banyak dilakukan, antara lain oleh Bishnoi et al. (2007)
untuk penyerapan biologis Chromium (Cr) dan Khalaf (2008) untuk limbah tekstil.
Spirogyra adalah sebuah
genus besar yang terdiri dari mayoritas alga yang tumnbuh di lingkungan air
tawar. Saat terdapat cukup sinar matahari dan temperatur tidak terlalu rendah,
Spirogyra menghasilkan banyak oksigen yang sering tampak sebagai
gelembung-gelembung kecil di antara filamen-filamennya (Parmentier, 1999).
Eshaq et al. (2010)
melaporkan bahwa biomassa Spirogyra sp. memiliki potensi sebagai sumber energi
terbarukan melalui produksi bioethanol. Biomassa Spirogyra sp. dibutuhkan dalam
jumlah yang relatif banyak untuk memenuhi kebutuhan produksi bioethanol
tersebut. Spirogyra sp. juga memiliki potensi sebagai bahan baku pada industri
pakan komersil (Ali et al. 2005).
Pertumbuhan
merupakan parameter penting dalam budi daya, bersama dengan parameter kelangsungan
hidup akan menentukan tingkat produksi. Selama percobaan, baik elver yang
dipelihara di akuarium maupun di bak resirkulasi dan juga juvenil sidat tumbuh
dengan nilai yang beragam. Kecenderungan tingginya
bobot rata-rata pada perlakuan kepadatan yang lebih tinggi, terkait dengan
perilaku sosial ikan sidat. Ikan sidat akan terpacu makan bilamana ikan lain
melakukan aktivitas mengonsumsi pakan. Beberapa hasil penelitian menunjukkan
bahwa tingginya nilai konversi pakan pada pemeliharaan sidat terutama pada fase
elver adalah adanya pakan yang tidak termakan dan terlarut dalam air sehingga
jumlah nyata yang di-konsumsi jauh lebih sedikit dibanding yang diberikan. Ikan
sidat termasuk ikan yang relatif sulit diadaptasi-kan terhadap pakan formulasi
sehingga FCR pakan formulasi pada awal pemeliharaan akan selalu tinggi.
Adapun metode dalam
percobaan ini yang pertama menentukan rancangan percobaan. Rancangan percobaan
yang digunakan adalah rancangan acak lengkap non faktorial. Faktor yang diuji
adalah perbedaan dosis limbah sidat dengan empat taraf perlakuan dan
masing-masing dengan dua ulangan. Perlakuan dosis limbah yang digunakan yaitu:
100% (36L air limbah), 75% (27L air limbah + 9 L akuades), 50% (18L air limbah
+ 18L akuades), dan 25% (9L air limbah + 18L akuades). Unit percobaan yang
digunakan adalah akuarium kaca (75 x 30 x 15 cm) yang telah didesain untuk
sistem resirkulasi. Akuarium berkanal yang berfungsi sebagai wadah perlakuan
bioremediasi berada di atas (a), sedangkan akuarium yang berfungsi sebagai
wadah penampungan untuk resirkulasi berada di bawah (b). Sistem ini bertujuan
untuk meningkatkan konsentrasi oksigen terlarut di perairan.
Selanjutnya Bahan dan
peralatan yang digunakan diantaranya, untuk peralatan yang digunakan dalam
penelitian ini meliputi peralatan pengumpul air limbah, wadah percobaan berupa
akuarium berkanal sistem carrousel pada instalasi pengolahan air limbah serta
mengacu pada kanal perifiton (Fovet et al., 2010; Nofdianto, 2010),
resirkulator, kain strimin, serta peralatan analisis kualitas air. Bahan yang
digunakan antara lain: air limbah budidaya intensif ikan sidat, alga berfilamen
(Spirogyra sp.), akuades sebagai pengencer air limbah serta bahan-bahan kimia
untuk analisis kualitas air.
Sebelum digunakan,
akuarium direndam dengan larutan desinfektan kalium permanganat (KMnO4) 10 ppm
selama 1 jam. Akuarium berkanal dilengkapi dengan kain strimin sebagai penyaring
agar Spirogyra sp. tetap berada di akuarium berkanal (tidak ikut
tersirkulasi).
Air limbah berasal kolam
budidaya intensif ikan sidat berasal dari Parung, Bogor. Air limbah ditampung
ke dalam tandon berukuran 500L dengan tujuan untuk homogenisasi limbah.
Spirogyra sp. dikumpulkan dari kolam di wilayah Bogor. Selanjutnya Spirogyra
sp. diisolasi untuk mendapatkan isolat murni. Isolat Spirogyra sp.
diaklimatisasi di laboratorium sekitar satu minggu sebelum digunakan.
Prosedur
kerja
Setelah semua komponen
media uji siap, akuarium diisi air limbah dengan dosis berbeda. Pompa
resirkulator dihidupkan dengan debit rata-rata sebesar 0,014 L detik-1.
Selanjutnya dimasukkan 9 g Spirogyra sp. pada wadah akuarium sesuai perlakuan.
Penelitian dilakukan
selama 15 hari retensi. Pengamatan dilakukan pada awal perlakuan, hari ke-3
retensi, hari ke-6, hari ke-9, hari ke-12, serta hari ke-15 (akhir perlakuan).
Parameter kualitas air yang diukur antara lain yaitu Chemical Oxygen Demand
(COD), kekeruhan, alkalinitas, pH pengukuran pagi dan siang, amonia (NH3-N),
amonium (NH4+), nitrat (NO3-N),serta ortofosfat (PO4-P) (APHA, 2005). Bobot
Spirogyra sp. diukur pada hari ke-7 dan pada akhir pengamatan (hari ke-15).
Parameter
a. Perubahan konsentrasi beberapa
parameter lingkungan
Perubahan konsentrasi beberapa parameter
lingkungan dihitung untuk mengetahui persentase perubahan yang terjadi terhadap
beberapa nilai parameter lingkungan pada awal pengamatan dan pada akhir
pengamatan, dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan: a = nilai awal parameter, b =
nilai akhir parameter (setelah penelitian)
b. Laju pertumbuhan dan waktu penggandaan
(doubling time) Spirogyra sp.
Laju pertumbuhan bersih serta waktu
penggandaan Spirogyra sp. ditentukan berdasarkan Gobler et al. (2012) sebagai
berikut:
Keterangan: DT = waktu penggandaan
(doubling time/ DT), μ = laju pertumbuhan bersih (g hari-1), Bo = berat basah
awal (g), Bt = berat basah akhir (g), t = waktu retensi (hari).
Peningkatan
kualitas air pada pengolahan limbah budidaya sidat ini juga berpengaruh pada
kelangsungan hidup dan pertumbuhan Spirogyra sp. Pertumbuhan Spirogyra sp.
selain disebabkan oleh keberadaan nutrien sebagai nutrisi alga berfilamen ini,
peningkatan kualitas air melalui peningkatan pH dan alkainitas yang membuat
perairan lebih stabil, juga didukung oleh ketersediaan intensitas cahaya
matahari. Hal ini akan mendukung perkembangbiakan Spirogyra sp. secara aseksual
dengan fragmentasi (pemutusan talus) dan atau perkembangbiakan seksual melalui konjugasi
(Bellinger dan Sigee, 2010).
Penurunan
konsentrasi bahan organik menggunakan Spirogyra sp. berlangsung efektif hingga
hari keenam. Spirogyra sp. mampu tumbuh dan mentolelir limbah budidaya sidat
pada dosis limbah 25% dan 50%. Spirogyra sp. pada perlakuan dosis limbah 50%
memiliki kemampuan yang lebih baik dalam menurunkan bahan organik limbah
budidaya sidat dibandingkan perlakuan lainnya.
Komentar
Posting Komentar