Bioremediasi In Situ dan Ex Situ
Bioremediasi adalah proses degradasi biologis dari sampah organik
pada kondisi terkontrol menjadi suatu bahan yang tidak berbahaya atau
konsentrasinya di bawah batas yang ditentukan oleh lembaga berwenang.
Bioremediasi juga dapat dikatakan sebagai suatu proses alami untuk membersihkan
bahan-bahan kimia berbahaya. Ketika mikroba mendegradasi bahan berbahaya
tersebut,akan dihasilkan air dan gas tidak berbahaya seperti CO2 (Bijalwan dan
Vandana, 2016).
Bioremediasi merupakan pengembangan dari bidang bioteknologi
lingkungan dengan memanfaatkan proses biologi dalam mengendalikan pencemaran
dan cukup menarik. Selain hemat biaya, dapat juga dilakukan secara in situ
langsung di tempat dan prosesnya alamiah (Hardiani, dkk. 2011). Laju degradasi
mikroba terhadap logam berat tergantung pada beberapa faktor, yaitu aktivitas
mikroba, nutrisi, derajat keasaman dan faktor lingkungan (Donlon, 2006).
Menurut Vidali (2001), Teknologi bioremediasi ada dua jenis, yaitu
ex-situ dan in situ:
1.
Bioremediasi
In Situ
Bioremediasi In Situ adalah proses pembersihan bahan pencemar tanpa
melalui pemindahan bahan ke lokasi lain. Tahapan in-situ terdiri atas
pembersihan lokasi, penambahan mikrobia pendegradasi melalui proses injeksi
(penyuntikan), serta proses bioremediasi oleh mikrobia. Dalam hal ini, mikrobia
akan mengeluarkan sekret yang kemudian berikatan dengan senyawa racun tersebut.
Bioremediasi in-situ memiliki keuntungan lebih mudah dan murah,
terutama bagi daerah-daerahyang tidak terjangkau oleh alat-alat berat untuk
menggali lokasi yang tercemar. Akan tetapi, terdapat pula kelemahan teknologi
ini. Proses remediasi sangat tergantung pada kemampuan hidup mikroorganisme.
Dengan demikian, degradasi dan pembersihan bahan pencemar dapat berlangsung
lebih lama. Dalam bioremediasi in-situ, penambahan nutrisi dan oksigen harus
terus dilakukan agar mikroorganisme tetap dapat hidup.
a.
Contoh kasus
Bioremediasi tanah yang terkontaminasi minyak bumi dengan metode
bioventing terhadap penurunan kadar total petroleum hydrocarbon dan btex
yang dilakukan oleh Marsya Dyasthi Putri, Firdaus Ali, dan Zulkifliani dari
Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Mikroba yang digunakan yaitu Bacillus subtilis. Metode yang digunakan adalah bioventing. Bioventing
merupakan aplikasi dari bioremediasi in situ yang dilakukan pada zona tidak
jenuh yang memiliki permeabilitas gas yang bagus. Bioventing dilakukan pada
pengolahan kontaminan volatil yang sukar dibiodegradasi. Bioventing cocok untuk
kontaminan yang didegradasi melalui metabolisme aerobik dan memiliki tekanan
uap kurang dari 1 atm. Pada bioventing digunakan gerakan udara yang diinjeksi
melalui tanah yang tidak jenuh atau tanpa penambahan nutrien, untuk
menstimulasi mikroorganisme tanah dalam mengubah kontaminan organik seperti
hidrokarbon uapnya lebih besar dari 760 mmHg, maka penguapan akan berjalan
dengan lebih cepat.
Penelitian ini sendiri dilakukan untuk mengetahui efisiensi kinerja dari
bakteri sebagai biodegradator dan juga asupan oksigen dari sumur injeksi
tersebut terhadap penurunan kadar TPH dan BTEX pada tanah yang terkontaminasi
minyak bumi. Dimana penggunaan metode bioventing untuk pemulihan tanah yang
terkontaminasi dengan menggunakan mikroorganisme dan oksigen sebagai asupan
mikroorganisme tersebut atau biasa disebut dengan bioremediasi ini dilakukan
untuk mengecek parameter-parameter kualitas tanah yang akan diteliti dalam hal
ini adalah total petroleum hidrokarbon (TPH) dan BTEX. Pilot plan alat ini
secara garis besar terdiri dari reaktor kaca berukuran 50 x 50 x 20 cm sebanyak
2 buah, 8 blower, tanah yang terkontaminasi minyak, pipa, lubang monitor.
Peralatan yang digunakan untuk uji mikrobiologi adalah botols ample, cawan
petri, buret, pipet, test tube, Erlenmeyer, shake water bath, gelas ukur,
autoclave, incubator, timbangan analitis, kertas saring, gelas beker.
Gambar 1.1
Detail alat bioventing
(Marsya, et al.
2013)
Pengukuran penelitian dilakukan sebelum dan selama proses bioremediasi
berlangsung. Pengukuran yang dilakukan sebelum proses berlangsung meliputi
pengukuran kadar C, N dan P, serta nilai TPH dan BTEX awal. Pengukuran kadar C,
N dan P berguna untuk mengetahui berapa banyak C, N dan P tambahan yang
dibutuhkan untuk mengoptimalkan proses bioremediasi. Pengukuran TPH dan BTEX
awal digunakan untuk melihat laju penurunan TPH dan BTEX selama proses
bioremediasi.
Dimana hasilnya menunjukan bahwa Injeksi udara dan penambahan bakteri pada
proses bioremediasi dapat menurunkan kadar kontaminan hidrokarbon aromatik
berupa BTEX (senyawa yang ditemukan dalam minyak bumi produk) dengan kadar
penurunan (% Biodegradasi) paling besar dari perlakuan Control 2 sebesar 66,65%,
Konsentrasi Bakteri 15% v/v sebesar 37,69%, Konsentrasi Bakteri 10% v/v sebesar
34,41%, dan Control 1 sebesar 23,40%. Selain BTEX bioventing juga dapat
menurunkan TPH (Total petroleum hydrocarbon (pengukuran konsentrasi
pencemar hidrokarbon minyak bumi dalam tanah atau serta seluruh pencemar
hidrokarbon minyak dalam suatu sampel tanah yang sering dinyatakan dalam satuan
mg hidrokarbon/kg tanah) ) dari 5% sampai 0,5% selama 5 minggu untuk
konsentrasi 10% v/v dan dari 5% sampai 1,21% selama 5 minggu untuk konsentrasi
15% v/v.
2.
Bioremediasi
Ex Situ
Ex-situ adalah pengelolaan yang
meliputi pemindahan secara fisik bahan-bahan yang terkontaminasi ke suatu lokasi
untuk penanganan lebih lanjut. Contoh: Penggunaan bioreaktor, pengolahan lahan
(landfarming), pengkomposan dan beberapa bentuk perlakuan fase padatan lainnya.
Bioremediasi ex-situ, yaitu bioremediasi yang
dilakukan dengan mengambil limbah di suatu lokasi lalu ditreatment di tempat
lain, setelah itu baru dikembalikan ke tempat asal. Kemudian diberi perlakuan khusus dengan
memakai mikroba. Bioremediasi ini bisa
lebih cepat dan mudah dikontrol dibanding in-situ, ia pun mampu me-remediasi
jenis kontaminan dan jenis tanah yang lebih beragam.
Bioremediasi Ex Situ Merupakan metode dimana
mikroorganisme diaplikasikan pada tanah atau air terkontaminasi yang telah
dipindahkan dari tempat asalnya. Teknik ek situ terdiri atas:
•
Landfarming: teknik dimana tanah yang
terkontaminasi digali dan dipindahkan pada lahan khusus yang secara periodik
diamati sampai polutan terdegradasi.
•
Composting: teknik yang melakukan kombinasi antara
tanah terkontaminasi dengan tanah yang mengandung pupuk atau senyawa organik
yang dapat meningkatkan populasi mikroorganisme
•
Biopiles: merupakan perpaduan antara landfarming
dan composting.
•
Bioreactor: dengan menngunakan aquaeous reaktor
pada tanah atau air yang terkontaminasi.
Pada Bioremediasi
Ex Situ mikroorganisme diaplikasikan pada tanah atau air terkontaminasi yang
telah dipindahkan dari tempat asalnya. Teknik ek situsendiri terdiri atas: Landfarming, yaitu teknik dimana tanah yang terkontaminasi
digali dan dipindahkan pada lahan khusus yang secara periodik diamati sampai
polutan terdegradasi. Composting, merupakan teknik yang melakukan kombinasi
antara tanah terkontaminasi dengan tanah yang mengandung pupuk atau senyawa
organik yang dapat meningkatkan populasi mikroorganisme. Biopiles, merupakan
perpaduan antara landfarming dan composting. Bioreactor, teknik dengan
menggunakan aquaeous reaktor pada tanah atau air yang terkontaminasi.
Contoh
Bioremediasi Ex Situ
1.
Bioremediasi
Air Laut Terkontaminasi Minyak Bumi Dengan Menggunakan Bakteri Pseudomonas
aeruginosa.
2.
Jenis
bakteri untuk bioremediasi ex situ yaitu Pseudomonas aeruginosa.
3.
Unsur
hara yang dibutuhkan yaitu urea dan KH2PO4.
REFERENSI
Bijalwan, Arti dan Vandana Bijalwan. 2016.
Application of green bioremediation technology for soil, water and air
remediation. Journalijets. 3(5): 95-103.
Donlon,
D. L dan
Bouder, J. W. 2011.
Essay on Bioremediation of
Contaminated Soil. Journal of
Analytical Chemistry. 10(1): 161-178.
Hardiani,
Teddy Kardiansyah dan Susi Sugesty.
2011. Bioremediasi Logam
Timbal (Pb) dalam
Tanah Terkontaminasi Limbah Sludge Industri Kertas Proses Deinking. Jurnal
Selulosa.
1(1): 31-41.
Vidali, M. 2001. Bioremediation An overview
Pure Appl. Chem. 73(2): 1163-1172.
Yulia, Riski, Lusiana., Marsa, Bindanetty., Dan
Juliastuti, Rachmania, Sri. 2016. Bioremediasi Air Laut Terkontaminasi Minyak
Bumi Dengan Menggunakan Bakteri Pseudomonas aeruginosa. Jurnal Himikan Unpad. 1(1) : 1-5.
Untuk Membantu proses bioremediasi dibutuhkan faktor penunjang lainnya.
BalasHapusmungkin produk kami bisa di pertimbangkan
bisa di cek disini : Oilgator solusi bioremediasi