[Resume] Bioremediasi Limbah Cat
Reviewer: Nursiah Widia Ningsih
A.
Pengertian Limbah Cat
Industri pembuatan cat di indonesia terutama untuk memenuhi
kebutuhan pasar dalam negeri. Terdapat sekitar 65 pabrik cat berskala besar dan
menengah serta 100 pabrik berskala kecil. Tiga pabrik terbesar mendominasi
sekitar 50% pasar dalam negeri dan pabrik lainnya mendominasi sekitar 25%nya.
Beberapa pabrik hanya memproduksi cat laktek sedangkan pabrik-pabrik yang
berskala besar memproduksi kedua tipe cat yaitu cat latek (water-based cat) dan
cat solvent-based) (hernadewita, et al., 2007).
Industri
cat merupakan industri yang memproduksi cat, pernis serta berbagai produk
pelapis lainnya. Aplikasi produk – produk industri cat dapat dikategorikan
berdasarkan kegunaannya menjadi empat kelompok yaitu : pelapis arsitektur atau
cat rumah, pelapis produk industri, pelapis khusus dan penggunaan lain. Selain
itu juga, berdasarkan jenis pelarutnya menjadi dua kelompk yaitu : berbasis cair dan berbasis larutan.
Industri cat merupakan industri dengan penggunaan pelarut dalam
jumlah besar. Pelarut organik digunakan dalam pembuatan cat untuk melarutkan binder,
pigmen dan mengencerkan cat. Pelarut organik yang paling banyak digunakan dalam
industri cat diantaranya xilena, toluena, benzena, ester, eter, alkohol dan
keton.
Jenis bekas kemasan cat yang ditemukan terdiri atas: 45,45% cat
berpelarut air (latex); 27,27% cat semprot (aerosol); 13,64% cat solvent;
dan 13,64% kemasan pelarut cat. Cat latex menggunakan pewarna yang
mengandung kromium (Cr) dan timbal (Pb), sedangkan cat solvent mengandung
pewarna yang mengandung Pb dan Hg (Galvin dan Dickey, 2008). Pewarna cat
umumnya menggunakan bahan yang mengandung logam berat berbahaya seperti Pb, Cd,
Cr dan Zn (Bowen, 1998). Bekas kemasan pelarut cata yang masih mengandung
bahan-bahan seperti petroleum distillates, white spirit, butanol, xylen,
diaseton alkohol bersifat mudah terbakar dan beracun. Kemasan cat semprot
(aerosol) yang masih mengandung propana dan butana dapat meledak dan berpotensi
menimbulkan kebakaran (Galvin dan Dickey, 2008).
B.
Jenis
– Jenis Limbah Cat
Industri
cat merupakan salah satu penghasil limbah bahan berbahaya dan beracun
(B3)spesifik. Karakteristik limbah B3 industri cat adalah konsentrasi logam
berat dan bahan organik yang merupakan sebuah operasi pencampuran maka
karakteristik limbah yang dihasilkan sama dengan senyawa-senyawa yang digunakan
sebagai bahan baku prosesproduksi cat. Pengolahan limbah cat dilakukan dengan
koagulasi sedimentasi dengan proses bioteknologi yaitu biofilm. Untuk pengolahan lumpur IPAL industri cat
dapat dilakukan dengan Teknik stabilitas/solidifikasi, composting dan solid-bed
bioleaching. Sedangkan, teknologi filter
menjadi alternatif yang efektif dan organic volatile dari industri cat. (sari
dkk., 2014).
Limbah
B3padat dihasilkan terutama berupa bekas wadah atau kemasan bahan baku, filter
bekas, dan cekring. Sedangkan limbah B3 cair berupa air limbah pencucian
peralatan produksi, tumpahan dan ceceran, cat yang tidak memenuhi syarat
spesifikasi, cat kadaluarsa dan cat yang dikembalikan dari pasaran. Sementara
limbah B3 gas yang dihasilkan berupa pelarut yang digunakan dalam produksi cat
dan debu atau partikel pigmen yang terdispersi ke udara (Dursun & Sengul,
2006; Doble & Kumar, 2005; Lorton, 1988; Vaajasaari, 2004).
Sebagian
besar bahan kimia yang digunakan dalam pembuatan cat termasuk dalam kategori
bahan kimia beracun dan berbahaya, terutama karena mengandung logam berat dan
berupa pelarut organik (Jewell et al., 2004).VOC berasal dari senyawa oromatik
seperti benzene, xylene, toluenedan senyawa ester, seperti etil asetat, etil
butirat yang digunakan untuk melarutkan resin dalam proses produksi cat (He et
al., 2012). Sebagian besar senyawa aromatik bersifatracun, terutama benzena
yang mutagenik, teratogenik, dan karsinogenik (Alberici & Jardim, 1997).
Meskipun xylene dan toluene saat ini tidak diklasifikasikan sebagai karsinogen,
peningkatan kasus kanker kerongkongan, dubur dan usus besar pada pekerja dengan
paparan jangka panjang terhadap senyawa ini telah dilaporkan (Mangani et al.,
2003).
C.
Mikroba
Pendegradasi Limbah Cat
Berbagai
limbah berbahaya dan beracun (B3), baik dalam bentuk padat, cair maupun gas di
hasilkan selama proses produksi cat. limbah B3 ini
jiak tidak ditangani dan didetoksifikasi dengan baik, maka akan mencemari
lingkungan dan membahayakan manusia (Deoble & Kumar, 2005).
Beberapa cara untuk
melakukan biodegradasi pada limbah cair cat yaitu melakukan seeding dan
modifikasi lingkungan. Seeding adalah inokulasi mikroba ke instalasi pengolahan
limbah cair. Mikroba yang diinokulasikan tersebut dapat diperoleh dari luar lokasi yang tercemar (indigenous), sedangkan modifikasi
lingkungan bertujuan untuk meningkatkan aktivitas metabolisme mikroba dengan
penambahan nutrisi, terutama yang mengandung nitrogen dan fosfor, peningkatan
jumlah organisme dan kelembaban, penambahan
kosubstrat sebagai penunjang pertumbuhan mikroba.
Pada
umumnya, seeding dilakukan dengan menggunakan paket mikroba komersial (commercial
seed) yang belum tentu sesuai dengan karakteristik limbah yang akan diolah.
Selain itu, mikroba komersial pun memiliki harga yang lebih mahal dan dapat
mengakibatkan terjadinya kompetisi dengan mikroba alami yang terdapat di dalam
sistem. Indonesia adalah negara tropis memiliki potensi besar untuk mendapatkan
isolat-isolat lokal dari daerah tercemar yang memiliki kemampuan mendegradasi
limbah dengan baik. Mikroba yang diisolasi dari daerah yang tercemar oleh
limbah cat kemungkinan besar memiliki kemampuan untuk mendegradasi limbah cat.
Beberapa
bakteri aerob galur tertentu memiliki kemampuan untuk menggunakan zat warna azo
sebagai sumber karbon dan nitrogen tunggal, bakteri lain hanya mereduksi grup
azo dengan azo reduktase (Sharma et al., 2009). Saat ini mikroba
konsorsium yang digunakan untuk
mendegradasi zat warna adalah Galactomyces geotrichum MTCC 1360
dan Bacillus sp (Jadhav et al., 2008).
D.
Teknik
Bioremediasi Limbah Cat
Pengolahan
limbah merupakan serangkaian proses pengolahan secara fisik, kimia, biologi
maupun temal yang bertujuan untuk mengkonveksi limbah menjadi bahan yang tidak
berbahaya dan lebih ramah lingkungan.
Teknik
bioremediasi yang dikembangkan oleh Helmholtz Centre for Enviromental Research
dan BAUER Environment Gropu untuk meremediasi sedimen sungai yang tercemar
logam berat dengan konsentrasi bahan organic yang tinggi berpotensi untuk
diaplikasikan dalam pengolahan sedimen industri cat. Dalam hal ini, proses
bioremediasi dibagi dalam dua tahap yaitu: 1) pengkondisian sedimen dengan
tanaman, dan 2) solid bed bioleaching
untuk menghasilkan material yang aman untuk dikembalikan ke lingkungan. Tahap
pengkondisian sedimen bertujuan untuk merubah karakteristik bio-fisik-kimia
sedimen yang semula berwarna hitam, tingkat permeabilitas rendah, kadar air
yang tinggi, aktivitas microflora heterotroph yang tinggi dan ketersediaan
oksigen yang terbatas menjadi material seperti tanah yang remah dan berwarna
bau-abu atau coklat (Seidel et al.,
2004). Sedangkan solid-bed bioleaching pada
prinsipnya adalah aplikasi dari proses ekstraksi logam berat dari senyawa
pengikatnya dengan memanfaatkan asam mineral yang dihasilkan oleh
mikroorganisme (Loser et al., 2001).
REFERENSI
:
Alberici, R.M. and Jardim, W.F. 1997. Photocatalytic
destruction of VOCs in the gas-phase using titanium dioxide. Applied Catalysis B: Environmental. Vol.
(14): 55-68.
Doble, M. and Kumar, A. 2005. Biotreatment of Industrial Effluents. Amerika: Elsevier
Butterworth–Heinemann.,
D. and Sengul, F. 2006. Waste minimization study in a solvent-based paint
manufacturing plant. Resources
Conservation and Recycling. Vol. (47): 316–331.
Dursun, D. and Sengul, F. (2006). Waste Minimization Study
in A Solvent-Based Paint Manufacturing Plant. Resources Conservation and
Recycling. 47,
316–331.
He, Z., Li, J., Chen, J., Chen, Z. Li, G., Sun, G.,
An, T. 2012. Treatment of organic waste gas in a paint plant by combined
technique of biotrickling filtration with photocatalytic oxidation. Chemical Engineering Journal Vol.
(200–202): 645–653.
Löser, C., Seidel, H., Hoffmann, P. and Zehnsdorf, A.
(2001). Remediation of Heavy Metalcontaminated Sediments by Solid-Bed
Bioleaching. Environmental Geology 40 (4-5), 643-650.
Jadhav, S.U., Jadhav
U.U., Dawkar,V.V., dan Govindwar, S.P. 2008. Biodegradation of
Disperse Dye Brown 3REL by Microbial Consortium of Galactomyces geotrichum
TCC 1360 and Bacillus sp. VUS. Biotechnology and Bioprocess
Engineering. Vol 13. pp 232-239.
Sharma, P., Singh,L., Dilbaghi,N. 2009.Optimization of
Process Variable for Decolorization of Disperse Yellow 211 by Bacillus
subtilis using Box-Behnken Design. Journal of azardous Materials. Vol 164. pp
1024-1029.
Menjual berbagai macam jenis Chemical untuk Boiler,cooling tower chiller dan waste water treatment untuk info lebih lanjut tentang produk ini bisa menghubungi saya di email tommy.transcal@gmail.com
BalasHapusWA:0814-1084-9918
Terima kasih
Punya limbah cet tembok dr pabrik gx bos?
BalasHapus